16.9.09

Portal Pendidikan


Kabupaten Cianjur Sudah Saatnya Melaksanakan
Pendidikan Yang Bersifat Mendidik
Oleh : Shofi Hamzah Fauzi, S.Pd
Kabupaten Cianjur dinilai sebagai daerah yang kurang sensitif terhadap program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) karena angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK) wilayah tersebut meningkat. Apabila dibandingkan dengan daerah lain. Sejak fase penilaian Wajar Dikdas pertama dari Desember 2004 hingga Oktober 2005, dan fase kedua dari Januari 2006 hingga November 2006, prestasi Kabupaten Cianjur tidak meningkat secara signifikan.

Persoalan klasik yang menyelimuti Kabupaten Cianjur dalam sektor pendidikan yakni banyaknya para siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Tercatat, hampir 33.000 anak usia 13 tahun yang tidak melanjutkan. Alasannya yang mengemuka di antaranya masalah geografis, yaitu jarak gedung SMP yang jauh dari tempat tinggal penduduk.
Berdasarkan keterangan dan data tersebut di atas, dengan adanya persoalan ini, tentunya akan berdampak negatif terhadap pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 Tahun di Kabupaten Cianjur, yang dikhawatirkan tidak akan berjalan mulus. Pasalnya, program percepatan penuntasan Wajar Dikdas disamping adanya kendala yang bersifat teknis juga adanya masalah mengenai alokasi anggaran pendidikan di Kabupaten Cianjur yang tidak lagi mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Daerah. Hal itu dapat kita lihat dari Draf RAPBD Cianjur Tahun Anggaran 2007 bahwa RAPBD sebesar Rp 1,003 triliun yang tengah dikaji Panitia Anggaran itu dipandang sejumlah kalangan kurang mencerminkan keberpihakan pemerintah daerah terhadap penuntasan Wajar Dikdas. "Hampir 90 persen dari anggaran pendidikan dialokasikan untuk membiayai program pembangunan fisik.
Dengan adanya kondisi ini, secara jujur kita harus berani menjawab bahwa kita belum mampu berbicara banyak dalam mengimbangi arus globalisasi yang semakin deras ini, terutama dalam masalah dunia pendidikan kita belum mampu menciptakan dan memberi produk terbaik dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang seimbang antara IPTEK dan IMTAQnya.
Pendidikan Yang Mendidik
Kesadaran dan keyakinan yang kita miliki ternyata hanya bersifaf semu belaka. Pembentukan nilai kesadaran dan keyakinan tersebut belum dilakukan dengan cara yang baik. Nilai kesadaran dan keyakinan yang baik hanya mungkin dibangun melalui proses pendidikan yang baik pula karena pendidikan diyakini mampu mentransformasikan sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Artinya pendidikan seharusnya mampu memunculkan generasi yang cerdas secara kognitif dan mulia secara akhlak.
Namun peran mulai di atas, tidak mudah untuk dijalankan. Dunia pendidikan kita telah terjebak dalam kerangkeng aliran psikologi mekanistik dan mentalistik yang menyesatkan. Peserta didik telah dianggap sebagai robot-robot yang harus dijejeli dengan setumpuk teori dan segudang keterampilan fisik yang harus dikuasai dalam waktu yang cukup singkat. Alhasil kita baru berhasil melakukan tarnsformasi fikrah, sedangkan ruhiyah masih terabaikan. Akibatnya kegeranganpun menyelinap kedalam relung-relung ruhiyah umat dari generasi ke generasi.
Kondisi ini terus berakumulasi, hingga akhirnya terbentuklah umat yang mandul akan kreativitas dan tanpa jati diri. Kita seperti lupa bahwa sebetulnya sudah ada cara dan contoh terbaik yang harus kita pegangdalam menjalankan proses pendidikan. Islam sudah menggariskan bahwa pendidikan harus memiliki ruh yang akan mengantarkan manusia pada penemuan kebesaran Allah yang maha Agung. Ini berarti bahwa pendidikan harus dimaknai sebagai akumulasi proses interaksi ruhiyah, fikriyah, dan jasadiah antara pendidik dengan peserta didik. Hal ini sekaligus juga meluruskan pemahaman yang selama ini dipegang oleh para pendidik, yaitu melakukan dikatomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum.

No comments: